Petenis mengkritik teknologi AI yang digunakan Wimbledon

Penulis:ace Waktu Terbit:2025-07-09 Kategori: news

## Kontroversi Wimbledon: Teknologi AI Jadi Sorotan, Pemain MengeluhWimbledon, turnamen tenis paling prestisius di dunia, selalu dikenal dengan tradisi dan inovasinya.

Tahun ini, inovasi berupa penggunaan teknologi AI untuk penentuan garis (line judge) justru menuai kritik pedas dari beberapa pemain.

Laporan dari *The Telegraph* mengungkap ketidakpuasan mereka terhadap sistem baru ini.

Ini adalah kali pertama Wimbledon sepenuhnya mengandalkan AI untuk menggantikan hakim garis manusia.

Sistem ini, yang menggunakan kamera dan algoritma canggih, diklaim mampu memberikan keputusan yang lebih akurat dan konsisten.

Namun, di lapangan, cerita yang beredar jauh berbeda.

Beberapa pemain mengeluhkan kurangnya “feeling” dari sistem AI tersebut.

Mereka merasa kehilangan interaksi dengan hakim garis manusia, yang terkadang memberikan sedikit toleransi berdasarkan konteks permainan.

“Dulu, kita bisa sedikit berdebat, mendapatkan sedikit keringanan,” ujar seorang pemain anonim kepada *The Telegraph*.

“Sekarang, semua keputusan mutlak.

Tidak ada ruang untuk interpretasi.

“Kritik lain berfokus pada kecepatan dan visualisasi sistem.

Beberapa pemain merasa tampilan animasi bola yang keluar atau masuk garis terlalu cepat dan kurang jelas, terutama saat bola bergerak dengan kecepatan tinggi.

Hal ini menyulitkan mereka untuk bereaksi dan menyesuaikan strategi permainan.

Petenis mengkritik teknologi AI yang digunakan Wimbledon

Statistik memang menunjukkan bahwa akurasi sistem AI ini sangat tinggi.

Namun, akurasi bukanlah segalanya.

Dalam tenis, aspek psikologis dan interaksi manusia memainkan peran penting.

Kehilangan faktor ini dapat mempengaruhi mentalitas dan performa pemain.

Dari sudut pandang pribadi, saya memahami kekhawatiran para pemain.

Tenis bukan hanya tentang akurasi, tetapi juga tentang seni, intuisi, dan interaksi manusia.

Hilangnya elemen-elemen ini dapat mereduksi esensi dari permainan itu sendiri.

Namun, kita juga tidak bisa mengabaikan potensi positif dari teknologi AI.

Konsistensi dan akurasi yang ditawarkan dapat mengurangi kontroversi dan memastikan keadilan bagi semua pemain.

Pertanyaannya adalah, bagaimana kita menyeimbangkan antara inovasi teknologi dan tradisi permainan?

Mungkin solusi terbaik adalah dengan menggabungkan kedua elemen tersebut.

Misalnya, AI tetap digunakan untuk menentukan garis, tetapi dengan tetap memberikan ruang bagi hakim garis manusia untuk memberikan interpretasi dalam situasi tertentu.

Wimbledon, sebagai turnamen yang menghargai tradisi dan inovasi, memiliki tanggung jawab untuk mendengarkan keluhan para pemain dan mencari solusi yang terbaik bagi semua pihak.

Perdebatan tentang AI ini adalah pengingat bahwa teknologi, secanggih apapun, tidak boleh mengalahkan esensi dari olahraga itu sendiri: semangat kompetisi, keindahan gerakan, dan interaksi manusia.